Gadget Jepang
Sepanjang hidup saya, produk-produk dan gadget Jepang merupakan bagian penting dalam kehidupan saya. Walkman di tahun 80-an merubah total kebiasaan saya mendengarkan musik.
Amplifier dan seluruh Hi-Fi stereo system saya adalah produk Jepang. Sampai TV berwarna yang pertama saya miliki pun buatan Jepang.
Kedua gitar akustik dan elektrik saya – semuanya dari Jepang. Berbagai macam instrumen musik yang pernah saya punya – buatan Jepang semua.
Gear sepeda yang saya kendaraipun buatan Jepang.
Bahkan sampai sekarang, merek-merek Jepang mendominasi hidup saya.
Contohnya, sebagian besar baju merek terkenal yang saya pakai belakangan ini juga buatan Jepang. Begitu juga dengan mobil yang saya kendarai.
Dan tentu saja semua peralatan fotografi saya buatan Jepang.
Namun, saya belum pernah mengunjungi negara tempat semua barang-barang ini dibuat.
Beberapa kali saya mengunjungi Ibukota Utara: 北京 Bei Jing. Sudah saatnya saya mendatangi Ibukota Besar Timur: 东京 Dong Jing atau lebih dikenal dengan Tokyo.
Sama sekali tidak tau apa yang saya akan hadapi. Namun saya punya ekspetasi yang tinggi . Ternyata saya tidak kecewa. Tidak sama sekali.
Ayo lihat beberapa kesan berikut:
Benar-benar luar biasa!
Saya pernah mengunjungi kota-kota besar seperti Shanghai, Beijing, Seoul -Rasanya biasa seperti melihat kota besar. Tapi di Tokyo, saya merasa seperti orang desa yang baru saja datang ke kota.
Stasiun kereta bawah tanah di mana Anda bisa berjalan selama 30-40 menit dari satu ujung ke ujung lainnya dan memiliki 16 pintu keluar berbeda (beberapa dibagi jadi 16A, 16B, dsb.
Penggunaan mesin untuk memesan makanan, segala macam mesin penjual otomatis dan masih banyak lainnya!
Tokyo – surga-nya pecinta sepeda
Salah satu hal yang saya suka dari Tokyo adalah sikap orang Jepang pada pengendara sepeda.
Apa aja boleh.
Bersepeda melawan arah, bersepeda di jalur pejalan kaki, membuat belokan mendadak di jalan enam jalur – semuanya OK. Gak pakai lampu di sepeda, gak pakai helm, gak ada aturan – semuanya gak masalah.
Saya mengatakan ini bukan karena saya bisa bersepeda seenaknya. Ini memang kelakuan pengendara sepeda di Jepang. Dan seperti yang kita tahu:’selagi ada di Roma, berlaku seperti orang Roma’.
Karena itu aku mencintaimu Jepang!!!
Pengendara sepeda dunia bersatu dan belajar dari Jepang. Pengendara sepeda Eropa : kita membutuhkan revolusi, bukan lebih banyak peraturan dan regulasi yang bodoh.
Jadi ngelantur nih.. Ini deh beberapa kesan lainnya:
Kontras dimana-mana
Hal yang saya temukan paling menarik adalah kontras antara modernitas dan tradisi yang mengakar kuat. Suatu saat saya mengemudi di antara gedung pencakar langit tertinggi yang pernah saya lihat di Jinjuku. Lalu di tengah-tengah raksasa beton itu, saya menemukan kuil dan tempat suci yang tenang.
Harajuku yang berisik, silau, cepat dan sibuk, sangat kontras dengan taman yang besar dan indah.
Bicara soal taman, Tokyo punya banyak taman. Taman Yoyogi adalah taman terbesar dan paling ‘terkenal’.
Secara keindahaan dan ‘ke-Jepangan-an’, kebun raya Jinjuku adalah favorit saya. Taman indah ini memiliki tiga area yang berbeda. Taman Inggris, ‘taman liar’ dan Taman Jepang. Di antara itu tentu saja Taman Jepang adalah favorit saya.
UNTUK FOTOGRAFER
Tokyo itu intens dan tidak ada perlengkapan khusus yang saya sarankan. Bawa semua yang kamu punya! Dan pastikan membawa lensa selebar 24 atau lebih.
Saya membawa Canon EF-S 12-20 yang saya pasang dengan adapter Metabones ke Sony @7 R II. Saya juga membawa Mitakon 50 / 0.95. Dan setelah kesuksesan besar Canon SH-X 50 saya di Vietnam, saya membawa lagi kamera ini dan sering saya pakai.
Akan tetapi, kedua fokus manual Mitakon dan fokus yang sangat lambat Canon SH-X 50 kurang optimal karena Tokyo terlalu cepat. Disini semuanya terjadi secepat kedipan mata.
Tokyo bukanlah kota yang indah, tapi banyak keindahan yang dapat ditemukan. Jadi bagi mereka yang ingin melihat-lihat dan berkeliaran, Tokyo tentu penuh dengan peluang dan kejutan fotografi.
Rekan fotografer saya bertanya apakah saya dapat kesempatan melihat bunga Sakura di Tokyo. Saya terlambat 2 atau 3 minggu untuk itu. Tapi saya tidak peduli karena saya tidak tertarik untuk mengeksploitasi peluang fotografi yang sudah sangat sering diambil. Mereka yang mengenali karya saya tahu bahwa saya bukan fotografer ‘saya-juga’.
Kesimpulan saya, Tokyo adalah tempat yang tepat untuk liburan keluarga dan memiliki banyak atraksi untuk anak saya yang berusia 8 tahun. Apa lagi alasan yang saya butuhkan untuk kembali ke Tokyo.
Salam – DOMINIK
Kalau Anda menikmati artikel ini, silahkan bagikan dengan yang lain. Terima kasih!!
P.S.: If you Dear reader ever come to Tokyo and need a nice and affordable place to stay I can highly recommend the airbnb host Yopie, who has several lovely apartments in excellent locations. Check him out !
FOLLOW ME ON
0 Komentar