Apa dan di mana itu jiwa Seoul?

Dalam kampanye iklan untuk menarik pengunjung ke Seoul, Korea Selatan menciptakan istilah: Seoul, the soul of Asia (Seoul, Jiwanya Asia).

Saya kira itu adalah moto yang bagus. Jadi, saya ingin mencari tahu apa itu jiwa Seoul?

Lagian, saya selalu ingin mengunjungi Korea Selatan. Saya juga penasaran apa sih Gangnam style?

Saya memesan hotel di Gangnam, yang merupakan salah satu distrik /kawasan di Seoul.

Saya tidak tahu siapa ini tapi, dia jelas dia terlihat heboh.

Dalam kesederhanaan, ada kecantikan yang bisa ditemukan…

Apa saya sudah menemukan bagian dari jiwa Seoul?

Seoul memiliki bangunan-bangunan istimewa dan saya sangat menyukai yang satu ini

Gangnam style – saya menemukannya!

Gangnam adalah pilihan yang tepat. Daerah yang modern di kota metropolis yang luas ini.

Tidak ada landmark khusus di bagian kota ini.
Tapi, distrik ini tetap menarik bagi saya dan akhirnya saya banyak mengambil foto di sini.

Restoran, bar, kafe – makan-makan yuk?

Tidak pernah saya menemukan banyaknya restoran, bar, atau kafe sebanyak yang ada di Seoul. Dan Gangnam adalah pusatnya.

Orang bisa mendapatkan kesan bahwa setengah dari populasi Seoul memiliki atau bekerja di restoran, bar, kafe dan sementara setengah lainnya mengunjungi tempat-tempat tersebut…

Hampir semua papan yang Anda lihat di sini adalah untuk restoran, kafe atau bar.

Saya juga belum pernah melihat begitu banyaknya orang yang mabuk sepanjang hari seperti di Seoul. Yang mengejutkan saya adalah pemabuk-pemabuk itu tidak agresif.

Tidak seperti di dunia Barat jika Anda bertemu grup yang sedang mabuk lebih baik Anda cepat menghindari mereka.

Makanan Korea – wow..!!!

Bicara tentang makanan. Saya percaya makanan Korea itu adalah makanan yang paling diremehkan di Asia.

Biar saya jelaskan: Jika Anda memasuki area restoran di mall di Bangkok, Singapura, Jakarta atau kota besar lainnya di Asia Tenggara, Anda mungkin akan menemukan 30% atau lebih dari outlet makanan di sana adalah makanan Jepang.
Makanan Korea? Jarang.

Tapi, saya merasa ini tidak adil karena lezatnya dan indahnya makanan Korea.

Sementara filosofi makanan Cina lebih mengenai pengobatan, untuk orang Korea makanan itu seni. Masuk akal untuk saya.

Dan manisannya.. Enak minta ampun.

Dan tempat-tempat itu tidak pernah kosong.

Jadi, toko mana selanjutnya?

Pemandangan khas Seoul

Pusat Gangnam

Ketenangan di tengah hiruk pikuknya

Seoul adalah kota yang sangat sibuk. Tapi, dalam hiruk-pikuk ini, orang dapat menemukan tempat yang tenang seperti di taman atau di kompleks kuil…

masih bisa mengobrol tanpa menggunakan ponsel

Di sebuah kuil di pusat kota Seoul

Pemandangan kuil

Dan kompleks kuil lainnya saat fajar

Sedang berdoa

Mengecek email setelah berdoa…

Garosugil – pusat mode dunia yang modis

Anda pikir Sunset Boulevard di Hollywood atau Gingsa di Tokyo atau Milano atau bahkan Paris adalah tempat yang mendefinisikan apa itu mode dan gaya.

Saya juga tadinya berpikir begitu.

Tapi, ternyata pusat segala hal yang modis ada di Seoul. Yaitu: Garosugil.

Di sana Anda bisa melihat orang yang mengartikan diri mereka berdasarkan apa yang mereka kenakan. Bukan hanya itu: Juga bagaimana cara mereka mengenakannya.

Gaya adalah segalanya.

Saya hidup untuk penampilan saya…

Fashionista!

Sepatu, sepatu dan lebih banyak sepatu

Di Korea, sepatu itu lebih dari sekadar sesuatu yang Anda pakai di kaki. Di Korea, sepatu itu daya tarik.

Bahkan, banyak anjing yang memakai sepatu.

Jadi, jika Anda melihat banyak sepatu dan kaki di foto saya, bukannya saya obsesi dengan sepatu. Tapi, untuk menunjukan Anda apa sih pentingnya sepatu untuk orang-orang Korea.

Dan jangan buat saya mulai bicara tentang obsesi orang Korea dengan bedah kosmetik.

Bisakah Anda membayangkan hidup tanpa aksesoris?

Dan tentu saja, sepatu…

Lebih penting gaya daripada kenyamanan

Bahkan para tunawisma peduli dengan sepatu mereka

UNTUK PARA FOTOGRAFER

Kunjungan ini berbeda dalam hal lensa yang digunakan.
Tentu saja saya membawa G12, tidak pernah lupa.

Tapi, untuk DSLR saya ingin melakukan sesuatu yang tidak konvensional kali ini. Jadi, saya membawa dua lensa prima. Bukan 50 dan juga bukan 35. Bahkan bukan 85.
Saya membawa Canon L 135/2.0 dan Canon L24/1.4.

Pada akhirnya sayapun jarang menggunakan lensa 24. Dan kebanyakan foto yang Anda lihat di sini menggunakan lensa 135mm.

Ada beberapa situasi di mana saya menginginkan lensa yang lebih lebar.
Tapi, saya senang bahwa saya memilih untuk membawa lensa 135. Ini menghasilkan beberapa foto yang hanya bisa diambil oleh tele-lens. Dan lensa ini terbukti menakjubkan di kondisi ekstrim dengan sedikit cahaya.
Bisa dipastikan saya akan menggunakan dan membawa lensa ajaib ini lagi..

Pengeditan: Tidak ada yang spesial. Seperti biasa: 90% Lightroom dan sedikit pengaturan di Photoshop..