Kecepatan pembangunan dan modernisasi yang sangat cepat di Asia telah berdampak pada warisan budaya dan arsitektur.

Perencanaan kota yang sangat pesat seperti di Singapura atau Seoul telah menghancurkan identitas Asia mereka.

Tidak seperti itu di Hanoi. 

Dibandingkan dengan ibu kota lain di Asia Tenggara, Hanoi merupakan salah satu dari yang kurang maju dan kurang berkembang. Yang menurut saya adalah hal yang baik.

Di Asia Tenggara atau mungkin bahkan di seluruh Asia, Hanoi adalah kota dengan bangunan bersejarah terbanyak.

Dan bangunan-bangunan bersejarah itu bervariasi dari vila kecil hingga istana besar.

Saya bukan ahli arsitektur, tapi sepertinya bukan hanya pengaruh Prancis yang ada tapi juga banyak pengaruh dari Cina – semua itu dicampur dengan tradisi bangunan Vietnam.

Hanoi tidak memiliki banyak gedung tinggi dan pencakar langit. Dan kota ini cukup hijau yang menambah daya tariknya.

Daerah pusat seperti Kuta di Bali, jalan Khao San di Bangkok dan kawasan tua di hanoi – semuanya sama. Perangkap turis dengan banyaknya pedagang dan toko yang menjual barang-barang yang tidak saya perlukan.

Tapi, tentu saja ada juga beberapa sudut dan jalanan yang menawan jika Anda berani untuk berkeliaran di gang-gang kecil. Yang menurut saya lebih menarik adalah untuk menjelajahi daerah dimana banyak gedung pemerintahan dan kedutaan Vietnam berada. Serta area barat dari Danau Hoan Kiem.

Hanoi juga memiliki beberapa danau di seluruh kota. Pusat kota Hanoi terletak di sekitar danau Hoan Kiem.

Tidak jauh dari sana, ada danau terbesar di Hanoi – Danau Barat / West Lake yang membutuhkan kira-kira 2-3 jam untuk dikelilingi dengan sepeda. Perjalanan yang menyenangkan kalau saja tidak ada kabut dan polusi.

Sebagian besar jalan di sekitar danau berada tepat di tepi air dan hampir tidak ada lalu lintas mobil. Saya anjurkan untuk bersepeda di sana saat berkunjung ke Hanoi.

Dan di sekitar jalan itu, saya menemukan kuil Buddha tua yang indah, yang untungnya tidak tercantum dalam buku panduan dan situs web tempat wisata. Jadi, hanya saya turis disana.

Inilah beberapa kesan dari kuil yang mempesona itu.

Anda tidak perlu belajar bahasa Jerman, tapi saya tidak tahu bahasa Indonesia yang setara dengan frasa ini. Secara kasar ini artinya: Pagi adalah saatnya untuk menemukan emas.

Saya tidak menemukan emas sungguhan. Tapi emas secara visual, emas fotografi. Untuk saya, foto-foto yang saya ambil di Hanoi merupakan favorit saya sepanjang masa.

Di kota manapun yang saya kunjungi, saya lebih suka untuk berkeliaran tanpa tujuan tertentu dan melihat orang-orang menjalani hidup sehari-hari mereka. Dan waktu yang tepat untuk melakukannya adalah pagi-pagi sekali.

Tentu saja banyak foto-foto yang saya ambil saat pagi hari, dalam 2 atau 3 kunjungan. Saya pergi sebelum matahari terbit dan berjalan-jalan selama 2-3 jam.

Ada banyak yang bisa diambil.

Kehidupan warga lokal, meskipun musim dingin, semuanya terjadi di luar rumah. Baik itu bersosialisasi sambil minum kopi, melahap semangkuk Pho (sup mie Vietnam) atau berbelanja – semuanya terjadi di jalanan.

Walaupun lalu-lintas di Hanoi itu buruk, ini masih lebih baik dibandingkan dengan kota-kota Asia Tenggara lain.

Saya menyewa sepeda lalu berkeliling, masuk ke pinggiran kota Hanoi. Tidak banyak yang bisa dilihat di sana, tapi saya ingin lebih tahu dan sekarang saya tahu…

Untuk mengeksplore urban- fotografi, sepeda adalah alat transportasi yang tepat. Anda cukup cepat dengan sepeda tapi, tidak terlalu cepat untuk melewatkan sesuatu.

Sepeda bisa di parkir hampir dimana saja dan peraturan lalu-lintas bisa diabaikan.

Saya juga sering berjalan kaki tapi, kebanyakan saya menggunakan sepeda untuk berkeliling. Ini foto sepeda saya:

Saya sangat menikmati waktu saya di Hanoi. Saya berharap untuk kembali ke Hanoi dan menjelajahi bagian utara Vietnam.

Tapi, sebelum itu saya pergi ke Da Nang – kota yang berada di tengah dari negara yang indah dan mempesona ini yaitu Vietnam.

Sepertinya saya membutuhkan lagi secangkir kopi Vietnam yang nikmat sekarang…

Dengan Sungguh – DOMINIK

Selfie: